Puisi "Layang - Layang" - Sapardi Djoko Damono

 

Judul buku: Melipat Jarak
Jenis: Kumpulun Puisi
Penulis: Sapardi Djoko Damono
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2015
ISBN13: 9786020319124

Layang-layang

Layang-layang barulah layang-layang jika ada angin
memainkannya. Semantara terikat pada benang panjang,
ia tak boleh diam – menggeleng ke kiri ke kanan,
        menukik
menyambar, atau menghindar dari layang-layang lain.

Sejak membuatnya dari kertas tipis dan potongan
        bambu,
anak-anak itu telah menjanjikan pertemuannya dengan
        angin.
“Kita akan panggil angin Barat, bukan badai atau petir,
Kita akan minta kambing mengembik, kuda meringkik,

dan sapi melenguh agar angin meniupkan gerak-gerikmu,
mengatur tegang-kendurnya benang itu.” Sejak itu
ia tak habis-habisnya mengagumi angin, terutama ketika
        siang
melandai dan aroma sore tercium di atas kota kecil itu.

Dari angkasa disaksikannya kelak-kelok anak sungai,
pohon-pohon jambu, asam jawa, bunga sepatu, lamtara,
gang-gang kecil, orang-orang menimba di sumur tua,
dan satu-dua sepeda melintas di jalan raya.

Ia suka gemas pada angin. Ia telah menghayati sentuhan,
terpaan, dan bantingannya; mungkin itu tanda
bahwa ia telah mencintainya. Ia barulah layang-layang
        jika
melayang, meski tak berhak membayangkan wajah angin.

Aku sebetulnya bukan orang yang puitis apalagi paham makna-makna puisi. Malah, sering kali aku nggak ngerti makna puisi terutama karya-karya yang ditulis penulis besar. Tapi, pagi ini membuka buku Melipat Jarak, Sepilihan Sajak Sapardi Djoko Damono. Aku berhenti di puisi yang berjudul layang-layang. Puisi ini mengingatkanku dengan bayangan masa kecil ketika melihat kakak bermain layang-layang bersama anak-anak tetangga yang lain di halaman rumah setelah dia bersusah payah membuatnya. Teringat ketika aku diminta memegang layangan kemudian dia berlari untuk berusaha menerbangkan layangan itu. Sore hari yang meriah dan menyenangkan melihat layang-layang beterbangan di angkasa, berwarna-warni, meliuk kesana kemari, dengan suara-suara khas layang-layang terbang. Kini, sudah bertahun-tahun aku nggak melihat suasana anak-anak menerbangkan layangan di sekitar rumah. Rupanya, jaman memang sudah berubah banyak.


CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar