Blurb:
Aku dilahirkan di Bolinao, Filipina, di tengah keluarga miskin. Ayah hanya pekerja serabutan, sedangkan Ibu tukang cuci dan pedagang asongan. Sementara sejak berumur delapan tahun, aku sudah jadi pemulung dan tukang bersih bus antarkota.
Masa kecilku getir dan sulit. Bukan hanya disebabkan kemiskinan yang melilit, namun karena kebencian dan penolakan yang dilontarkan dunia padaku. Termasuk oleh kakak-kakakku, yang membenciku karena ayah mereka sangat menyayangiku. Ya, "ayah mereka", kataku, karena aku ini anak dari hubungan di luar pernikahan.
Tapi justru ayah tiriku itulah yang menjadi penyelamatku. Ia obat bagi setiap lukaku. Ia membentukku dengan nasihatnya, mencintaiku sepenuh jiwanya. Dialah yang membuatku terus berjuang menjadi murid terpandai di sekolah, merebut medali demi medali, meski ke mana pun aku pergi, kakiku hanya beralas sandal jepit yang menipis digerus langkah.
Tapi seperti kata Ayah, "Jangan biarkan sandal jepitmu menjadi jati dirimu."
Maka aku percaya, tak ada satu pun yang tak dapat kucapai, meski kakiku hanya beralaskan sandal jepit usang.
Jujur, ini adalah kali pertama saya membaca nama "Leo Consul". Jadi, melihat tulisan "Leo Consul's Life Story" di sampul, sebetulnya saya nggak ngerti dia ini siapa. Saya cuma berpikir, jika kisah hidupnya sampai diceritakan, dibukukan, pasti ada suatu hal yang luar biasa dalam hidupnya. Saya sengaja tidak mencari tahu siapa itu Leo Consul. Saya lebih tertarik untuk membaca kisah hidupnya.
Buku ini menceritakan setiap potong kehidupan seorang anak bernama Leo Consul, yang berjuang mati-matian untuk bisa terus bersekolah dan melanjutkan mimpinya meskipun pahitnya hidup harus berkali-kali ia hadapi. Jatuh bangun demi menggapai apa yang telah ada di benaknya sejak kecil. Bersama dengan pesan-pesan dan kasih sayang ayah, ia terus bangkit hingga akhirnya pun ia kini berhasil.
"Karena... orang-orang seperti aku, yang harus berjuang sekuat tenaga demi memenangkan secuil kesempatan, demi didengar dan dilihat, adalah justru para pemburu setia ketidakmungkinan?" - hal 8Ditulis dengan sudut pandang Leo Consul, dalam buku ini terdapat potongan-potongan kisah hidupnya yang menurut saya paling berkesan, paling ia ingat. Apa yang ia rasakan, apa yang ia lakukan. Cerita memang tidak dituliskan secara urut, namun meloncat-loncat. Meskipun terkadang membuat saya kehilangan arah kira-kira pada usia berapa Leo Consul saat itu, tapi tidak masalah. Saya tetap bisa memahami cerita.
Perjuangan hidup Leo, yang demi mimpinya ia berusaha melewati batas-batasnya, layak menjadi contoh bagi anak muda jaman sekarang. Pantang menyerah dan tekun. Saya salut sekali dengan perjuangannya. Kisah hidup yang penuh perjuangan selalu saja menyentuh hati dengan mudah.
Kasih sayang ayah Leo juga membuat saya begitu terharu. Selalu memberikan semangat yang memnciptakan harapan bagi Leo. Membaca kisah ini, saya lihat ayah Leo sangat berperan dalam kesuksesan hidupnya. Betapa Leo terlihat meletakkan Ayah sebagai figur yang penting dalam hidupnya. Banyak sekali pesan-pesan ayah Leo yang diceritakan dalam kisah ini. Bahkan, pesan-pesan ini mengawali tiap bab baru yang disandingkan dengan sebuah ilustrasi.
Ini salah satu kutipan pesan ayah Leo:
Secara keseluruhan, kisah ini diceritakan dengan sangat bagus. Salah ketik sepertinya tidak ada, secara penutur kisah ini dulu adalah seorang editor :D Hanya saja ada beberapa bagian cerita yang hampir seperti diulang, dengan kalimat yang persis sepertinya. Entah ini sebuah kesengajaan atau tidak, tapi saya lebih menyukai bila tidak ada pengulangan bagian cerita.
Sarat emosi dan inspiratif, dari saya ★★★★ untuk buku ini.
Oya, jadi setelah saya selesai baca buku ini, baru saya googling siapa sih Leo Consul ini. Ternyata oh ternyata, dia ini yang sering muncul di tv. Memang sih dalam kisahnya ada bagian tentang perjuangannya masuk dunia entertain. Tapi saya bener nggak nyangka Leo Consul dalam buku ini adalah orang yang sama. Saya tau orangnya tapi saya baru tau ini kalau namanya Leo Consul. Maafkan saya, bang :p
Last, doa saya untukmu Bang, semoga sukses selalu :)
0 komentar:
Posting Komentar