Lampion Senja
Blurb
Apakah aku adalah keengganan yang kaupaksakan? Pertanyaan itu terus kutanyakan pada diriku sendiri setiap hari. Perihal rindu tak berbalas dan hanya kepergian yang kutatapi selama ini. Dan untuk itu, aku harus belajar mengikhlaskan berkali-kali. Serupa bintang di kala malam, aku selalu berharap bintang itu menggantung abadi di atas langit bumi. Di atas langit kamar-kamar kenangan. Di atas langit perasaanku yang sunyi dan hampa.
Ada denting rasa yang pelan-pelan mengalun di dalam kesunyian itu. Perlahan waktu akhirnya menunjukkan jika kepergian yang kutatapi itu tidak berakhir dengan kekosongan. Ternyata, tak selamanya kepergiam berujung pada kegelapan.
Mungkin kita adalah sepasang manusia yang tak saling mengetahui, tapi selalu ada penasaran menghantui. Lalu, kita mulai saling mencari, jika memungkinkan sesuatu yang pasti. Namun pada akhirnya kita saling menemukan saat mulai menyadari.
Jika kehilanganlah yang menyatukan kita.
***
Judul: Lampion Senja
Penulis: Ariqy Raihan
Penerbit: Lampu Djalan
Tahun terbit: 2016
***
Review Lampion Senja
Well. Bukunya cantik. Desain cover, warna cover, font judul. Suka banget. Pajangable dan instagramable :p
Dan buku-buku seperti ini selalu membuat ingatanku melayang pada: tumblr.
Dan buku-buku seperti ini selalu membuat ingatanku melayang pada: tumblr.
Kesan pertama membaca buku ini adalah: ini buku tentang patah hati, kehilangan, dan mengikhlaskan.
Agak enggan rasanya membaca buku patah hati ini ketika di awal halaman sudah membaca kalimat pembuka:
"Karena kehilanganmu adalah derita yang harus kuhadapi"
Mengapa enggan? Karena kondisi hati ini tidak sedang patah hati, tidak sedang menghadapi kehilangan :p
"Karena kehilanganmu adalah derita yang harus kuhadapi"
Mengapa enggan? Karena kondisi hati ini tidak sedang patah hati, tidak sedang menghadapi kehilangan :p
Namun, halaman berikutnya diisi dengan larik-larik kalimat yang kembali memunculkan keinginan untuk membaca buku ini.
Baiklah, sekali lagi, tulisan ini serasa tulisan yang tumblr banget.
Baiklah, sekali lagi, tulisan ini serasa tulisan yang tumblr banget.
Buku ini ternyata bukan sebuah novel perjalanan, namun berisi fragmen-fragmen kehidupan terutama pada saat kehilangan, mengikhlaskan, dan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Nampak begitu sendu kan?
Apalagi dalam tiap cerita, selalu membawa "hujan" yang selalu mewakili kesenduan dan kesepian.
Apalagi dalam tiap cerita, selalu membawa "hujan" yang selalu mewakili kesenduan dan kesepian.
Dan yang begitu kuat dalam cerita ini adalah tentang takdir :) Bagaimana kehidupan sesungguhnya bermuara pada takdir yang telah ditentukan.
Mungkin, karena memang sedang dalam kondisi good mood, kesenduan yang ditawarkan buku kurang mengena di hati. Tapi, tak mengurangi cantiknya rangkaian kata yang digunakan oleh penulis. Saking cantiknya, kadang terasa begitu abstrak namun tetap indah. Hihi gimana itu yah.. ya sebagai orang awam yang tidak pandai bermetafora, mungkin kalimat-kalimat dalam buku ini tidak melulu bisa dipahami. Mungkin memang buku ini bisa diresapi dengan hati yang sedang ingin sembuh. Tapi yang pasti, kesenduan melalui kata-kata tersampaikan dengan indah.
Yang paling tertandai adalah, hampir di setiap judul selalu membawa "gerimis", gerimis di wajah. Selalu. Kayak brand-nya penulis ada di kata ini 😅
Sebetulnya cukup mengherankan membaca biografi penulis di belakang. Ternyata penulis adalah lulusan Ekonomi Syariah. Hmmm.. bagaimana bisa membuat kata-kata mendayu mengharu biru yang sama sekali nggak nampak unsur "keuangan"nya 😅
Sebetulnya cukup mengherankan membaca biografi penulis di belakang. Ternyata penulis adalah lulusan Ekonomi Syariah. Hmmm.. bagaimana bisa membuat kata-kata mendayu mengharu biru yang sama sekali nggak nampak unsur "keuangan"nya 😅
Mbaperin alias bikin baper memang ini buku. Sudah gitu kata-katanya yang puitis memang berpotensi membuat pembaca yang gampang baper menjadi mudah terjatuh dalam kebaperan. Wkwkwk.
Dari beberapa cerita dalam buku ini, mungkin yang paling mengesan adalah yang menceritakan Wanita Bergaun Merah.
Hmm.. lalu, Secangkir Kopi dan Pesan Untukmu.
Dan, Serendipity.
Satu paragraf dari bagian berjudul Serendipity yang saya suka:
"Kita bisa memilih untuk jatuh ke dalam dekapan perasaan kepada siapa pun. Berapa kali pun. Namun hanya kita sendirilah yang paling tahu, siapa yang paling tepat untuk menjadi teman hingga akhir hayat nanti. Bukan berbicara selama apa kita jatuh dalam perasaan kepada seseorang, tetapi seberapa dalam memahami perasaan masing-masing untuk melihat; apakah kita memang tercipta untuk bersama atau tidak." - hal 75.
Hmm... saya suka buku ini... Namun, bagi saya cerita-cerita dalam buku ini setipe hanya berbeda bentuk. 3 bintang, sepertinya lebih.. namun untuk 4 bintang, buku ini belum mampu membuat saya terhanyut dalam cerita. Baiklah, mungkin ★★★ setengah.. hehehe..
0 komentar:
Posting Komentar