Blurb
Ini bukan perkara sekadar menghabiskan waktu, ini tentang lantunan musik khas yang mengalun merdu dari pertemuan alat musik tradisional dengan tubuh yang ingin terus bergerak gemulai mendampinginya, yang menjadi alasan utama aku mencintai tari tradisional.
Namun, jalan ini bukan yang Ayah inginkan. Sementara berdiri di seberangnya jelas tidak akan pernah menjadi pilihanku. Ayah satu-satunya orang, yang menjalani hidupnya untukku. Lalu, inikah perpisahan dengan duniaku atau ada jalan lain untukku?
***
Judul buku: Rasa
Penulis: Namira Daufina
Penerbit: Grasindo
Tahun terbit: 2013
GWI: 703.13.1.065
Jumlah halaman: 154
***
Review novel Rasa
Sebelum berpanjang lebar tentang novel ini, saya lebih dulu ingin mengatakan bahwa novel ini BAGUUUSS!
Mengapa saya bisa bilang novel ini bagus?
Jadi sebetulnya kemarin saya sedang libur, mau ngerjain tugas rasanya masih agak malas. Ehh :x Lalu mau tidur siang tapi rasa mengantuk sudah hilang. Ya sudahlah.. akhirnya saya memutuskan untuk nyecroll iJak. Yup, aplikasi perpustakaan digital itu loh... dimana kita bisa meminjam buku secara online dan membacanya di hp kita. Tentu saja namanya perpustakaan memakai sistem peminjaman. Nah, pas nyecroll koleksi buku-buku iJak, saya berhenti pada judul ini. Lebih tepatnya saya berhenti karena melihat covernya. Entahlah, cover buku bagi saya turut menjadi salah satu sebab saya ingin membaca atau membeli suatu buku.
Membaca keterangan buku, ternyata novel ini sudah diterbitkan sejak 2013. Cukup lama memang. Jumlah halaman pun lumayan tipis. Baiklah untuk mengisi waktu, saya memilih buku ini.
Novel berisi 10 bab ini dibuka dengan sebuah prolog lalu diikuti dimulailah bab 1 yang mengenalkan tokoh bernama Raby. Raby yang sejak kecil sudah menyukai tari tradisional dan kemudian belajar di sebuah sanggar dekat rumah. Di antara kesibukannya sekarang sebagai siswa SMA, Raby tetap sibuk belajar menari karena kecintaannya pada tarian. Hingga pada suatu hari, Ayahnya melarangnya untuk menari lagi.
"Namun layaknya dua jurang yang terpisah, aku akan mengerahkan berbagai cara agar dapat membuat jembatan yang paling pas hingga keduanya dapat terhubung, meski tidak pernah menyatu." - hal 11It broke my heart. Emosi tokoh dalam novel ini ditulis dengan begitu hidup. Saya hampir-hampir bisa merasakan bagaimana sedihnya dilarang untuk melakukan hal yang sangat kita sukai, hal yang sangat berarti dalam hidup kita. Saya begitu terlarut dalam kesedihan Raby bagaimana ia melewati hari-hari dengan datar, tanpa semangat. Ah, kasihan sekali..
Novel ini dituliskan dengan bagus, dan cukup rapi kalau saya bilang. Saya suka bagaimana penulis memaparkan suatu hal. Walaupun ketika sampai pada dialog antara Raby dengan teman-teman SMA-nya, saya pikir cukup lebay juga. Yah, cocok sih sebetulnya, namanya juga anak SMA. Penulisan kalimat yang lengkap dengan huruf-huruf dobel dan tanda seru untuk menyatakan antusiasme. Bisa lah untuk dinikmati, membuat saya merasa sedang membaca novel orang dewasa namun disaat bersamaan seperti membaca teenlit. Do you know what i mean? 😃😃
"Ketika hidupmu berjalan tidak seperti yang selalu kamu bayangkan, berdoalah, bersabarlah, karena waktu akan memberimu segala jawaban." - hal 75Beruntungnya Raby memiliki sahabat seperti Ano dan Rasha. Ketika ia merasa begitu terpuruk dalam hidupnya setelah terpaksa meninggalkan dunia yang sangat dicintainya, Ano dengan setia menemani dan menghiburnya. Tidak hanya Raby, saya juga merasa Ano ini sosok yang sangat baik. Pasti akan menyenangkan memiliki teman seperti Ano. Anehnya, entah mengapa dengan kebaikan Ano ini saya merasakan firasat buruk. Seperti akan terjadi sesuatu padanya. Ahaha kok bisa ya 😅
"Bagiku setiap detik kita adalah seribu cerita yang tak bisa dilukiskan oleh berjuta kata pengganti." - hal 41Dan... ternyata benar firasat buruk yang sebelumnya saya rasakan. Terjadi sesuatu pada Ano yang semakin meghancurkan hati Raby, semakin membuat hidupnya terpuruk. Ah.. sedih sekali saya membaca bagian ini ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ *tissu mana tissu? Saya betul-betul terkejut dengan adanya plot twist yang seperti ini. Saya kira ini hanya novel tentang kecintaan pada tari yang harus dikubur dalam-dalam.
Unsur tari dalam novel Rasa sebetulnya cukup kental. Bagaimana penulis menceritakan tarian-tarian tradisional dengan asal-usulnya. Bagaimana penulis bisa menggambarkan suasana pagelaran, suasana persiapan pertunjukan di belakang panggung. Tidak heran sih, karena ternyata penulis novel ini adalah seorang penari juga. Tentu sangat mengenal dunia tari dengan baik.
Penceritaan latar dalam novel ini sebetulnya bagus. Penulis bisa mendeskripsikan suatu hal dengan baik. Seperti ketika mendeskripsikan latar cerita ketika berada di Belanda dan di Paris. Cukup membantu pembaca untuk membayangkan lokasi cerita berlangsung.
Pembentukan karakter Raby ini juga kuat sekali. Dengan banyaknya kesedihan dalam hidupnya, ia terus tegar menjalani hidupnya. Tentu saja hidup yang "direstui" oleh ayahnya. Dalam perjalanan hidup yang masih berbalut pertanyaan tentang larangan ayahnya, Raby terus menjalani hidup bersama Rasha dan teman-teman lainnya. Hingga suatu hari, terungkap lagi sebuah rahasia yang cukup mengagetkan, menjawab pertanyaan-pertanyaannya.
"Sampai kapan pun Ibu tetaplah Ibuku. Aku selalu mencintai Ibuku, dulu maupun saat ini." - hal 140Banyak sekali kejadian-kejadian tak terduga yang muncul dalam novel ini. Membuat novel ini semakin menarik. Apalagi mampu melibatkan emosi para pembaca seperti saya ini. Berkali-kali saya harus ikut kembali bersedih ketika Rasha teringat akan sahabatnya Ano. Ah, sungguh bagaimana novel ini bisa membuat saya merasakan kesedihan Raby?
"Aku tahu ada malam-malam dingin yang akan meringkukku dalam pelukan kenangan." - hal 92
"Aku kembali merindukannya." - hal 92Novel 150-an halaman ini sebetulnya sangat bagus. Sarat makna, sarat emosi. Sayangnya alur dalam novel ini diceritakan terlalu cepat. Terkesan terburu-buru dengan banyaknya kejadian yang ingin disampaikan. Padahal, seandainya bisa di-explore lagi lebih jauh, novel ini akan semakin bagus. Dengan tebal segini saja sudah bisa membuat saya menangis diam-diam, apalagi bila bisa membuat alur ceritanya agak selow.
Banyak juga nasehat yang bisa dipetik dari novel ini. Bahwa kita harus berjuang untuk menggapai mimpi kita. Dan orangtua, meskipun tidak setuju dengan pilihan yang kita ambil, namun tentunya memiliki tujuan yang baik demi kita. Berusaha mencari jalan untuk menyinkronkan mimpi kita dengan mimpi orangtua. Semoga itulah yang terbaik.
"Sesuatu yang baru akan selalu datang, tapi bukan berarti yang lama akan tertinggal lalu terlupakan bukan?" - hal 144
Well, buat saya, semakin sebuah buku bisa membuat saya tenggelam di dalamnya, dan membuat saya semakin baper, maka semakin bagus buku itu 😀 Seperti buku ini! Maka saya pikir, untuk mampu menyajikan berbagai rasa dalam novel RASA, mulai kecintaan dengan suatu hal, hangatnya persahabatan, keluarga, kekuatan hidup, bahkan secuil rasa cinta, saya beri 🌟🌟🌟🌟 untuk novel ini.
Just like what Heni Mujaa said:
"For a good book, to me, is the more it breaks my heart, the more I love it."
0 komentar:
Posting Komentar